"Penelitian dilakukan dengan periode pencarian dua tahun lalu, tepatnya Juli 2011," kata peneliti dari PR, Adi Ahdiat, seperti dilansir Antara di Pontianak, Sabtu (27/7).
Ketiga jenis makanan tersebut dibandingkan dengan Tom Yam dari Thailand serta Bulgogi dan Bibimbap dari Korea Selatan. Hasilnya, terungkap bahwa nasi goreng menjadi yang paling banyak diperbincangkan di jejaring sosial dengan 2,3 juta perbincangan di luar Indonesia, diikuti rendang dengan 1,1 juta perbincangan, serta sate dengan 533 ribu perbincangan.
Sementara untuk Tom Yam, di luar Thailand, memperoleh 254 ribu perbincangan. Bulgogi dan Bibimbap, di luar Korea Selatan, masing-masing memperoleh 210 ribu dan 162 ribu perbincangan.
Jika Indonesia diikutsertakan dalam pantauan, maka total perbincangan sate di Twitter akan mencapai 8,6 juta, nasi goreng 5,4 juta dan rendang 2,5 juta perbincangan.
Bahkan perbincangan Bibimbap dan Bulgogi, di luar Korea sendiri, paling banyak kedua adalah di Indonesia yakni Bulgogi 40.000 perbincangan dan Bibimbap 26.000 perbincangan.
Latar belakang pemilihan ke semua masakan ini karena ke enam masakan ini pernah masuk ke dalam daftar 50 makanan terlezat dunia versi jajak pendapat CNN tahun 2011. Di daftar tersebut, rendang dan nasi goreng secara berurutan menempati peringkat pertama dan kedua.
Dia menambahkan hal itu membalik anggapan bahwa masakan negara-negara Asia lainnya lebih memikat hati orang-orang mancanegara. "Namun sebagai negara yang sama-sama belum memiliki gerai makanan sebanyak masakan China dan Jepang, masakan Indonesia berada di posisi yang lebih unggul," kata dia.
Tetapi pihaknya menyayangkan bahwa banyak di antara warga dunia yang menikmati makanan asal Indonesia tersebut di restoran China atau restoran umum yang menyediakan masakan-masakan Asia.
"Gerai makanan Indonesia memang terbilang langka di mancanegara. Sehingga menjadi hal yang lazim jika orang-orang asing cenderung mengira nasi goreng, sate, atau rendang berasal dari Thailand, Singapura, atau bahkan Malaysia," kata dia.
Dia menilai akan lebih produktif untuk mendorong pendirian dan pengembangan gerai masakan Indonesia di berbagai negara ketimbang meributkan atau mengkhawatirkan masakan Tanah Air diklaim negara tetangga.
Fakta tersebut menunjukkan Indonesia adalah pasar komoditas kuliner yang sangat potensial. "Ekspansi adalah hal yang semestinya dilakukan untuk kian memajukan industri kuliner Indonesia," kata dia.
Adi mencontohkan pemerintah Thailand sudah sejak lama mendorong internasionalisasi kulinernya dengan kampanye 'Thailand, Dapurnya Dunia'. "Pemerintah Thailand menyediakan pusat pelatihan, informasi, serta peminjaman dana bagi mereka yang ingin membuka gerai makanan Thailand di negara lain," ujar dia.
Dia yakin, banyak nilai strategis yang diraup Indonesia dari ekspansi kuliner tersebut. "Memperkuat kebanggaan nasional, mengundang turis ke Tanah Air, membuka pasar ekspor bahan pangan, mendatangkan devisa, mendorong pertumbuhan ekonomi," jelasnya.